Pengertian Sistem Religi dan Unsur-unsur di Dalamnya

Sumber: Arsip Het Paradijs van Java

Sistem religi sangat erat sekali kaitannya dengan kehidupan manusia bahkan semenjak manusia purba masih hidup. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya temuan fosil-fosil manusia yang berumur sekitar 500.000 tahun yang lalu di Eropa, dimana fosil manusia tersebut ditemukan dalam keadaan terlentang yang menyerupai orang yang telah dikubur.

Selain itu ditemukan adanya artefak-artefak yang menguatkan tentang adanya manusia purba yang sudah dikubur tersebut. Hal itu tentu membuktikan bahwa pada masa kehidupan manusia purba pun mereka sudah mengenal dasar-dasar aktifitas religi.

Sebab pada dasarnya dengan adanya penguburan tersebut, berarti secara tidak langsung manusia pada masa itu sudah memiliki keyakinan bahwa akan ada kehidupan lagi setelah kematian.

Pada dasarnya kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia mulai sadar akan adanya faham jiwa. Manusia yang berperilaku religi terjadi dengan maksud untuk menghadapi krisis-krisis yang ada dalam jangka waktu hidup manusia.

Oleh karena itu religi penting dalam kehidupan manusia karena akan mewujudkan suatu keteraturan dalam kehidupan dalam bermasyarakat.


Definisi dari Sistem Religi

Konsep religi merupakan wujud dari religi yang tertua berupa tindakan-tindakan manusia untuk mengadakan keperluan-keperluan hidupnya yang tak dapat dicapainya secara naluri atau dengan akalnya.

Lalu kemudian konsepnya berkembang lebih dalam bahwa pusat dari tiap sistem religi dan kepercayaan di dunia adalah ritus (biasanya ritus kematian) dan upacara. Ritus dan upacara akan bersifat kosong dan tak bermakna apabila tingkah laku manusia didalamnya didasarkan pada akal rasional dan logika.

Baca Juga : Pengaruh Budaya Asing terhadap Kebudayaan di Indonesia

Jika kita lihat dari pengertiannya religi berasal dari bahasa latin yaitu relegare dan religare. Religare dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang memperhatikan kesungguhan dalam melakukannya, sedangkan relegare dapat diartikan sebagai perbuatann bersama dalam ikatan yang saling mengasihi.

Menurut Emile Durkheim yang berpendapat bahwa religi sebagai keterkaitan orang pada sesuatu yang dipandang sakral yang berfungsi sebagai simbol masyarakat dan saling ketergantungan orang-orang dalam masyarakat yang bersangkutan.


Unsur-Unsur dalam Sistem Religi

Pada dasarnya para ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang pengertian teori dan konsep religi. Namun dari konsep dan teori yang ada menegenai religi tersebut kemudian menghasilkan unsur-unsur dasar dalam sistem religi. Terdapat 5 unsur dasar di dalam sistem religi yaitu :

1. Emosi keagamaan (religious emotion), merupakan getaran jiwa yang pernah dirasakan manusia dalam jangka waktu hidupnya yang mendorongnya berperilaku religi.

2. Sistem kepercayaan (believe system), merupakan unsur religi yang berhubungan dengan bayangan manusia terhadap dunia gaib.

3. Sistem upacara keagamaan, merupakan kelakuan keagamaan yang dilaksanakan sesuai dengan tata kelakuan yang baku dengan urutan-urutan yang tidak boleh dibolak-balik.upacara berupaya membuktikan adanya keyakinan terhadap sesuatu dan sekaligus memantapkannya.

4. Kelompok keagamaan (religious community), merupakan kesatuan kemasyarakatan yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan suatu religi beserta sistem upacara keagamaannya.

5. Peralatan dan perlengkapan upacara, merupakan unsur religi yang yang tidak dapat dipisahkan. Peralatan/perlengkapan upacara menjadi salah satu komponen penting dalam pelaksanaan suatu upacara.


Apakah Agama Termasuk bagian dari Sistem Religi?

Di dalam kajian antropolgi, kelompok-kelompok penganut agama tersebut dapat dimasukkan ke dalam unsur yang ke-empat dari sistem religi, yaitu kelompok keagamaan.

Anthony F. C. Wallace mendefinisikan agama sebagai perangkat upacara yang diberi rasionalitas mitos dan yang menggerakan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada manusia atau alam.

Definisi ini memilki makna bahwa jika manusia tidak mampu mengatasai masalahnya yang serius yang menimbulkan kegelisahan, ia berusaha mengatasinya dengan memanipulasi mahluk atau kekuatan supernatural.

Untuk itu dilakukan upacara keagamaan yang oleh Wallace dipandang sebagai gejala agama yang utama atau agama sebagai perbuatan (religion in action).

Fungsi utamanya untuk memantapkan kepercayaan pada dirinya sendiri, yang penting untuk memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapi realitas. Penjelasan ini mengandung pengertian nilai agama untuk menghadapi hidup.

Baca Juga : Agama yang dianut oleh Orang Jepang

Jadi, agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya.

Dalam semua kebudayaan manusia, tidak ada sesuatu yang secara sungguh-sungguh dengan pasti dapat mengendalikan alam semesta kecuali agama. Inilah yang menyebabkan agama menjadi bagian dari kebudayaan umat manusia yang memiliki keragaman.


Sumber :
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Koentjaraningrat, 1999)
Pengantar Antropologi (Harsojo, 1984)
Pengantar Antropologi (Sugeng Pujileksono, 2009)
Sejarah Teori Antropologi I (Koentjaraningrat, 2010)

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close