Sejarah Perkembangan Historiografi Indonesia

Gambar Cap tangan di Gua prasejarah Leang-leang

Historiografi merupakan salah satu cara untuk melegitimasi tentang adanya suatu bukti sejarah dalam satu periode kehidupan di suatu wilayah atau suatu negara yang umumnya berupa sebuah tulisan.

Dengan historiografi kita dapat mengetahui tentang adat maupun kebiasaan yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada suatu masa tertentu.

Jadi secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa historiografi tidak hanya berupa tulisan-tulisan sejarah yang biasanya ada di dalam buku saja, melainkan juga dapat berupa bukti peninggalan kehidupan orang-orang pada masa lampau seperti tulisan atau gambar yang ada pada media alam seperti prasasti yang biasanya diukir di dalam sebuah batu.

Di Indonesia sebelum adanya Historiografi yang berbentuk tulisan-tulisan, terlebih dahulu diawali dengan sebuah gambar-gambar yang banyak terdapat di dalam gua-gua atau di pinggir pantai dan berupa gambar seperti telapak tangan, binatang, dsb.

Gambar-gambar tersebut dapat kita temukan di daerah seperti di Gua Leang-leang di Sulawesi, Kepulauan Kei, Seram dan juga di Kalimantan. Gambar-gambar tersebut diperkirakan berasal pada masa 18.000-17.000 S.M dan gambar-gambar tersebut mewakili ungkapan perasaan dari pikiran manusia pada waktu itu.

Seperti yang telah disinggung diatas sebelumnya bahwa Historiografi baru dimulai di Indonesia ketika orang sudah memulai untuk membuat tulisan tentang sebuah peristiwa yang terjadi. Menurut Ayat Rohaedi, historiografi di Indonesia yang berbentuk tulisan dimulai dengan ditemukannya sebuah prasasti.

Prasasti yang pertama kali ditemukan di Indonesia adalah prasasti yang ditemukan di daerah Kalimantan Timur yang diperkirakan dibuat pada awal abad ke-5 M.

Terdapat tujuh buah batu yupa yang memuat prasasti tersebut. Prasasti berupa yupa tak bertahun ini ditemukan di hulu Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.

Prasasti itu menjelaskan tentang adanya sebuah kerajaan di Kalimantan Timur, yang bernama Kerajaan Kutai karena letaknya yang berada di Kabupaten Kutai. Prasasti tersebut ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa sansakerta.

Isi dari prasasti tersebut bercerita tentang seorang Raja yang bernama Mulawarman yang telah memberikan sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Mulawarman adalah cucu dari Kudungga dan anak dari Aswawarman. Prasasti tersebut merupakan sebuah bukti peninggalan paling tertua dari adanya kerajaan Hindu yang terdapat di Indonesia.

Historiografi di Indonesia, yang tergolong ke dalam jenis yang ada di luar prasasti baru dimulai ketika Mpu Prapanca menulis kitab yang berjudul Negarakertagama atau Dasawarnana pada tahun 1365.


Setelah itu, historiografi di Indonesia berkembang baik dalam hal isi, bentuk, ruang lingkup maupun pendekatannya. Setelah itu Historiografi di Indonesia pun terus mengalami perkembangan.


Periodesasi Historiografi di Indonesia

Dalam perkembangannya tersebut periode Historiografi di Indonesia dapat dibagi berdasarkan kronologisnya waktunya, dimana Historiografi di Indonesia dapat dibedakan kedalam beberapa bagian atau kategori yaitu;

Pertama ada Historiografi Tradisional, yang merupakan bagian awal dari historiografi di Indonesia, dan kedua ada Historiografi Kolonial yang ada sejak orang-orang Eropa atau orang-orang Belanda datang ke Indonesia untuk melakukan penjajaha.

Historiografi kolonial bersifat Neerlandosentris atau Belanda sentris ataupun Eropa sentris karena orang-orang Eropalah yang menulis dan menjadi tokoh utama dalam historiografi tersebut.

Perkembangan terkahir yang ada sampai kini yaitu Historiografi yang menggunakan metode kritis dalam penelitiannya yaitu terdapat di dalamnya Historiografi Nasional dan Historiografi Modern.


Timeline (Pembabakan Waktu)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa historiografi di Nusantara (Indonesia) setidaknya dapat dibagi ke dalam beberapa periode berdasarkan kronologis waktunya.


1. Historiografi tradisional.

Historiografi tradisional ini merupakan tahap awal dari perkembangan Historiografi yang ada di Indonesia. Penulisan sejarah Historiografi tradisional biasa ditulis secara tradisional.

Menurut bentuknya historiografi tradisional dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu ;
  • (a) bentuk mitos yang merupakan historiografi tradisional yang menggambarkan kenyataan berdasarkan emosi dan kepercayaan, yang dimana mitos ini selalu berhubungan dengan hal-hal yang gaib.
  • (b) bentuk genealogis, yaitu bentuk penulisan sejarah yang berhubungan dengan silsilah yaitu bagaimana hubungan antara satu generasi dengan generasi berikutnya.
  • (c) bentuk kronik, yaitu suatu historiografi yang menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa terjadi yang dilihat dari sudut pandang kronologis waktu atau dimensi waktu.
  • (d) bentuk annals, yaitu suatu historiografi yang termasuk kedalam jenis kronik. Namun perbedaanya dengan kronik yaitu, apabila annals sudah tidak lagi menceritakan tentang kehidupan dewa-dewa, ditambah lagi bahwa annals sudah terdapat interpretasi dari penulisnya.

Historiografi tradisional sangat banyak sekali jenisnya dari mulai historiografi yang berbentuk syair maupun puisi, hingga historiografi yang berbentuk biografi tokoh dengan cerita-cerita yang umumnya terdapat unsur religio magis.

Adapun contoh dari Historiografi tradisional yang umum ditemui di Indonesia yaitu seperti cerita wawacan panji wulungbabad panjalu, babad tanah jawibabad tanah sunda, carita parahyangan, serat menak (yogyakarta), serat centhini, serat jaka rusul, naskah bandar bima, lontarak soppeng dan lain sebagainya.

Sementara untuk historiografi tradisional yang ada di luar negeri salah satu contohnya yaitu kojiki yang berasal dari Jepang. Kojiki merupakan salah satu historiografi tertua yang ada di Jepang.

Isi dari naskah kojiki ini banyak menceritakan asal usul tentang sejarah negara jepang seperti berdirinya negara jepang di bawah kekuasaan Yamato.


2. Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial dimulai ketika orang-orang Eropa khususnya orang Belanda mulai datang ke Indonesia untuk berdagang.

Sebenarnya dalam historiografi Kolonial ini pada awalnya tidak dimaksudkan untuk menulis sebuah Historiografi, melainkan mereka para penjelajah menulis sebuah tulisan hanyalah untuk catatan-catatan bagi kepentingan Kolonial.

Catatan itu dapat berupa laporan-laporan administrasi maupun sebagai laporan perdagangan.

Historiografi jenis ini juga sering disebut dengan istilah Nederlanders Buitengaats atau Geschiedenis der Nederlanden Buiten Europa yang merupakan sejarah orang-orang Belanda di luar Eropa.

Pandangan dari penulisan Historiografi ini bersifat Neerlandosentris atau Eropasentris, dimana orang-orang Belanda atau orang-orang Eropa menjadi tokoh utamanya dalam penulisan dari setiap sejarah tersebut.

Sejarah Kolonial juga sering disebut dengan "sejarah dari geladak kapal" yang artinya bahwa sejarah dimulai dari kapal-kapal yang melakukan pelayaran dan penjelajahan, dimana biasanya orang yang ada di dalam kapal-kapal selalu menuliskan laporan tentang pelayarannya tersebut.

Selain itu, ada juga istilah lainnya yaitu "sejarah dari balik meja". Sejarah ini menjelaskan bagaimana orang-orang Belanda yang menulis tentang sejarah Hindia Belanda (Indonesia).

Namun orang tersebut belum pernah datang secara langsung ke Hindia Belanda satu kalipun, sehingga dia menulis tentang Hindia Belanda hanya berdasarkan sumber sekunder saja.

Adapun contoh-contoh laporan dokumen yang ditulis oleh orang Belanda pada waktu itu berupa ;
  • (a) Sheepsjournalen, yaitu laporan-laporan kapal yang diterbitkan pada sekitar abad ke-17,
  • (b) Placaet-book, yaitu selebaran tentang pengumuman-pengumuman sebuah pelayaran atau perdaganagan,
  • (c) Ordonnantie, yaitu sebuah peraturan-peraturan,
  • (d) Daghregister, yaitu catatan-catatan harian resmi yang ditulis di benteng atau loji di Batavia,
  • (e) Rapporten, yaitu laporan-laporan yang dibuat oleh para pegawai VOC, dan
  • (f) Reis Verhalen, yaitu sebuah cerita perjalanan, yang ditulis oleh orang-orang Belanda yang melakukan pelayaran  dengan mencatat semua aktivitas dan keadaan yang mereka lihat dan dengar.

Historiografi Kolonial sering juga disebut sebagai suatu hal atau bukti yang dapat dipercaya, karena tidak ada unsur mitos dan unsur sastra didalam setiap penulisannya, melainkan hanyalah berupa laporan-lapran yang merupakan sebuah fakta.


3. Historiografi Nasional dan Historiografi Modern

Historiografi Nasional dimulai dengan adanya suatu analisis tentang studi sejarah yang sangat kristis.

Metode kritis yang pertama kali dilakukan yaitu oleh Dr. Hoesein Djajadiningrat dengan adanya tulisan tentang karya disertasinya yang berjudul Critische Beschouwing van de Sejarah Banten (1913).

Didalam karyanya itu sudah terdapat kritik eksternal dan kritik internal yang memisahkan antara aspek-aspek historis dengan aspek-aspek non-historis.

Baca Juga : Pengaruh Kebudayaan Tionghoa di Indonesia

Penulisan sejarah Nasional dan Modern dimulai setelah Indonesia merdeka. Pada waktu itu timbul tentang pentingnya sebuah Nasioanalisme dan pentingnya sebuah penulisan sejarah kristis yang berpandangan Indonesiasentris.

Akhirnya pada tahun 1957 diselenggarakanlah seminar Sejarah Nasional pertama yang membahas tentang filsafat sejarah Nasional, periodesasi sejarah Indonesia, buku-buku teks sejarah Nasional dan pengajaran sejarah.

Karya-karya yang dapat dikelompokan sebagai karya Historiografi Nasional contohnya yaitu ; Biografi Tengku Umar, Biografi Imanm Bonjol, sejarah perlawanan Pangeran Diponegoro, dan tokoh-tokoh pergerakan Nasional seperti R.A. Kartini, K.H. Wahid hasyim, dll.

Hingga perkembanganya sekarang Historiografi Indonesia sudah masuk kedalam masa diamana Historiografi modern ditulis.


Sumber :
Historiografi Indonesia (Nina Herlina:2009)

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close