Thomas Stamford Raffles, Pendiri Negara Singapura

Thomas Stamford Raffles merupakan salah satu tokoh dari Eropa yang pernah memimpin wilayah Hindia Belanda ketika pada masa kekuasaan Inggris.

Selama masa pemerintahannya, Ia tidak hanya sibuk mengurusi masalah politik pemerintah saja, melainkan beberapa kali ia juga melakukan berbagai penelitian ilmiah di beberapa wilayah seperi salah satunya di Bengkulu.

Tidak hanya itu saja, bahkan dengan pengaruhnya itu dia pun dianggap sebagai bapak atau pendiri dari Wilayah yang saat ini dikenal dengan nama Negara Singapura.

Nah untuk mengetahui bagaimana kisah dan sepak terjang seorang Raffles selama tinggal di wilayah Asia Tenggara. Maka langsung saja kita simak penjelasan pada ulasan berikut ini.


Awal Kedatangan Raffles di Jawa (Hindia Belanda)

Pengambilan paksa Belanda kedalam imperium Napoleon, serta usaha Daendels dalam me-reorganisasi kekuatan militer Hindia Belanda adalah beberapa penyebab langsung adanya upaya serangan dari Britania (Inggris) atas wilayah luar negeri dari negara Belanda.

Dalam mempersiapkan ekspedisinya untuk melawan orang Belanda di Jawa, Gubernur Jenderal Inggris yang menjabat pada waktu itu, Lord Minto kemudian berusaha untuk mengumpulkan sejumlah orang.

Adapun orang yang dipilih tersebut haruslah memiliki beberapa kriteria seperti harus mempunyai pengetahuan terhadap hal-hal yang berurusan dengan negara Indonesia, faham mengenai bahasa-bahasa melayu, dan juga tahu tentang sejarah serta adat istiadat dari bangsa Indonesia.

Nah salah satu tokoh yang paling menarik diantara pembatu Lord Minto itu, ialah ilmuwan bernama Dr. John C. Leyden. Dia bisa dibilang sangat ahli dan mengerti sekali tentang seluk beluk yang berhubungan dengan Melayu. Sehingga ia ditunjuk untuk mempelajari mengenai manuskrip-manuskrip melayu.

Namun kehebatan dari personalitasnya itu selalu dibayang-bayangi oleh seorang anak muda yang kemudian direkomendasikan kepada Gubernur Jenderal, yakni Thomas Stamford Raffles. Dan membuat John Leyden pun tergeser hingga kematianya.

Raffles sebenarnya bukanlah sosok orang yang berkarakter hebat, melainkan dia adalah orang yang lebih berfikir bijaksana. Salah satu pandangannya yaitu tentang pola pikir bahwa ia lebih memilih reputasi dalam sejarah daripada penghasilan material sesaat.

Dalam membangun reputasi itu, dia kemudian bekerja seumur hidupnya. Diawali dengan melayani negarawan-negarawan humaniter penting, yang kemudian dilanjutkan dengan menciptakan suatu legenda historis mengenai administrasinya di Jawa.

Hingga pada akhirnya dengan suatu kebijakan ekspansi yang berani yang membuat dia dapat mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu pendirian Singapura.

Raffles memulai karirnya di kantor-kantor perusahaan di London dan karena prestasinya itu kemudian dia diangkat ke posisi agen perusahaan di pulau Penang pada tahun 1805.

Dr. Leyden meminta Raffles agar mendesak orang melayu untuk mengusir "orang-orang Prancis dan Belanda yang dianggap sadis dan bisa berkhianat".

Akan tetapi Lord Minto justru tahu, bahwa langkah terbaik untuk mendirikan administrasi yang efisien atas Jawa adalah dengan cara bekerjasama dengan pejabat-pejabat Belanda, yang tentu sudah memiliki pengalaman


Masa Kepemiminan Gubernur Jenderal Raffles

Sebelum kembali ke Kalkuta di India, Lord Minto berusaha untuk mengatur pemerintahan Jawa sedemikian rupa dengan berbagai kebijakan. Dan setelah pergi, dia kemudian mempercayakan kedudukan Letnan Gubernur kepada Thomas Stamford Raffles.

Pada saat itu kepulauan Indonesia dibagi kedalam empat unit administratif, yaitu pemerintahan Malaka, pemerintahan Bengkulu, pemerintahan Jawa, dan pemerintahan Maluku.

Maluku boleh dibilang yang paling beruntung dengan perubahan administrasinya itu. Sistem monopoli tidak dihapuskan tapi diterapkan dengan lebih longgar, karena perusahaan India Timur Inggris tidak punya kepentingan finansial untuk menjaga ketat sistem itu seperti Belanda.

Campur tangan Raffles dalam urusan wilayah di luar pulau Jawa tersebut bisa dikatakan memang tidak terlalu banyak berpengaruh. Sehingga Raffles memang tidak begitu populer untuk hal yang berhubungan dengan urusan luar pulau jawa.

Akan tetapi ketenaran Raffles itu, justru disebabkan oleh re-organisasi yang dilakukannya atas pemerintahan di Jawa.

Lord Minto, sebelum meninggalkan Jawa dan mengalihkan administrasi kepada Raffles, telah menerapkan beberapa prinsip reformasi pajak. Dia kemudian memerintahkan untuk segera melakukan penghapusan semua "penyerahan paksa" serta perubahan dasar dalam sistem hak milik dan hak guna tanah.

Dalam sebuah arsip Batavia, Raffles menemukan hasil suatu penelitian tentang kondisi hak milik tanah yang dijalankan masa kepemimpinan Daendels. Penelitian itu sangat tidak lengkap, karena itu Raffles kemudian memerintahkan penelitian kedua, yang lebih rinci.

Setelah itu Raffles menemukan apa yang ia cari, yaitu suatu gambaran tentang kondisi sosial di kalangan orang Jawa yang sangat mirip dengan kondisi orang India di Benggala, yang membenarkan dia dalam memperkenalkan sistem pajak yang baru dan sangat  mengikuti model yang dijalankan oleh perusahaan India Timur Inggris di India.

Tapi kondisi di Beggala dan Jawa tentu sangat berbeda dalam banyak hal. Disisi lain jika diterapkan di Jawa teori Raffles itu, bisa saja berujung pada konsekuensi yang parah.

Selain masalah kebijakan itu, kesulitan finansial yang terjadi pada pemerintah Jawa juga menjadi penyebab in-konsistensi besar dalam reformasi Raffles. Dia tidak mempunyai pilihan selain mengecualikan kabupaten-kabupaten priangan yang memproduksi kopi dari sistem pajak barunya itu.

Baca Juga : Sejarah Raja Charlemagne Sang Penguasa Perancis

Disisi lain minat Raffles terhadap bahasa dan adat istiadat Indonesia memang sangat kuat sekali. Salah satu karya Raffles sendiri yang terkenal adalah tulisan berjudul History of Java, yang ditulis di Inggris, dimana dalam beberapa aspek karya tersebut adalah termasuk salah satu karya yang begitu mengesankan.

Salah satu orang yang berjasa dalam mebantu Raffles dalam penulisan buku itu adalah orang bernama John Crawfurd, yang menjabat sebagai Menteri pemerintah Batavia yang berurusan dengan raja-raja di Jawa.


Awal Mula Pendirian Singapura

Raffles berniat untuk membangun pusat dagang dan pelabuhan transit untuk pelayaran dari Cina. Hingga kemudian ia memutuskan untuk membeli pulau Singapura dari Sultan Johor.

Semenjak pembelian itu, bendera Britania mulai dikibarkan pada 29 Januari 1819. Begitulah awal mula Singapura didirikan, meski sebenarnya Belanda sendiri mempunyai hak atas wilayah Singapura pada saat itu. Karena Belanda sebelumnya telah menguasai wilayah semenanjung Malaya, termasuk di dalamnya yaitu wilayah Singapura.

Singkat cerita, Singapura telah tumbuh menjadi emporium yang penting dan Britania bermaksud memiliki kota itu dengan wilayah yang ada disekitarnya.

Akan tetapi karena adanya klaim dari pihak Belanda atas wilayah yang sama, pemerintah Britania kemudian mengusulkan tukar-menukar semenanjung Malaya dengan daerah Bengkulu, klaim Britania atas Belitung, dan hak-hak yang diperoleh Raffles di Aceh pada 1819.

Akhirnya dilakukanlah perjanjian 1824 di Lodon yang mengakhiri kekuasaan Britania atas Bengkulu dengan diserahkannya wilayah tersebut kepada Belanda, dan juga sebaliknya wilayah semenanjung Malaya diberikan kepada Britania.

Setelah masa itu Raffles kemudian kembali ke Inggris, tempat dimana ia meninggal dua tahun kemudian pada ulang tahunnya yang ke-45. Dia tidak berhasil mendirikan pemerintah Britania di Kepulauan Indonesia, akan tetapi kota Singapura yang ia dirikan menjdi emporium utama di Asia bagian tenggara paling tidak hingga saat ini.

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close