Penggunaan Teknologi Hawkeye dalam Bulutangkis Pertama Kali


Bukutangkis atau dikenal juga dengan istilah Badminton merupakan salah satu olahraga yang cukup populer, dan khususnya di Indonesia sendiri sebagai salah satu negara yang memang banyak mencetak atlet-atlet berbakat dalam ajang olahraga tepok bulu tersebut.

Seiring berjalannya waktu permainan bulutangkis ini semakin berkembang dan banyak mengalami perubahan, seperti dalam hal peraturan-peraturan pertandingan yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

Salah satu diantaranya yaitu aturan tentang penggunaan teknologi Hawkeye dalam olahraga bulutangkis. Kita tahu bahwa teknologi hawkeye atau biasa juga disebut dengan mata elang merupakan teknologi yang sudah banyak digunakan di berbagai cabang olahraga di dunia.

Teknologi ini mulai diujicoba pertama kali diterapkan di cabang olahraga kriket. Tujuan dari pemasangan teknologi ini yaitu dimaksudkan untuk dapat membantu wasit dalam menganalisis setiap keputusan yang ada, karena terkadang mereka seringkali keliru dalam mengambil setiap keputusan.

Hal itulah yang juga menjadi salah satu alasan diterapkannya teknologi mata elang di cabang olahraga bulutangkis. Karena banyak keputusan-keputusan dari wasit yang dianggap tidak tepat dan terkadang merugikan beberapa pemain, maka teknologi ini diharapkan dapat meminimalisir keputusan yang kurang tepat tersebut.


Penggunaan Hawkeye Pertama Kali di Arena Bulutangkis

Pada dasarnya sistem dari penerapan Hawkeye di arena bulutangkis teknologinya hampir sama dengan apa yang telah digunakan sebelumnya di dalam arena olahraga Tenis.

Teknologi dapat diaplikasikan yaitu dengan cara menanamkan beberapa kamera berkecepatan tinggi yang terhubung kedalam sistem komputer yang bisa dipantau langsung oleh operator.

Hasil dari rekaman yang diambil oleh beberapa kamera tersebut secara otomatis akan diolah di sistem komputer untuk kemudian disimulasikan menjadi satu rekaman yang utuh yang biasanya berhubungan dengan masalah arah jatuhnya sebuah shuttlecock.

Dengan cara ini maka tingkat akurasi mengenai arah jatuhnya shuttlecock dapat diketahui dengan lebih akurat.

Dalam penerapannya sendiri teknologi ini mulai digunakan pertama kali di dalam olahraga bulutangkis yaitu sekitar tahun 2013 yang lalu. Awalnya teknologi hawkeye akan digunakan di tahun 2013 pada beberapa ajang kompetisi seperti kompetisi superseries, superseries premier dan sudirman cup.

Namun karena berbagai macam alasan dan lain hal, penggunaan teknologi ini baru benar-benar bisa digunakan sepenuhnya yaitu pada ajang Malaysia Super Series Finals yang diadakan pada tanggal 11-15 Desember 2013.

Meskipun teknologi hawkeye ini tergolong dapat membantu wasit dalam mengambil setiap keputusan. Namun fasilitas dari teknologi ini sebenarnya hanya dapat digunakan oleh para pemain yang sedang bertanding di dalam  lapangan.

Cara penggunaannya yaitu jika seorang pemain yang merasa tidak puas dengan keputusan dari wasit garis dalam menetukan shuttlecock yang masuk atau tidak, maka pemain itu dapat membantahnya dengan cara melakukan sebuah challenge.

Dengan melakukan sebuah challenge maka wasit akan memeperlihatkan tayangan ulang dari hasil rekaman kamera yang menggunakan perangkat teknologi hawkeye. Jika seorang pemain berhasil dalam melakukan challenge maka wasit akan mengoresksi keputusan yang telah diambilnya, dan akan memberikan poin kepada pemain tersebut.

Kesempatan untuk melakukan challenge biasanya hanya akan diberikan dua kali challenge bagi setiap pemain dalam satu set pertandingan. Dimana jika setiap pemain yang mengajukkan challenge berhasil memenangkannya, maka pemain tersebut masih akan memiliki dua kali kesempatan challenge yang lainnya.

Namun jika pemain gagal dalam melakukan sebuah challenge, maka kesempatannya akan hilang satu kali dan begitu pun seterusnya hingga kesempatan untuk melakukan challenge sudah habis.


Penggunaan yang belum Maksimal

Pada awal penerapannya, penggunaan dari teknologi Hawkeye ini dianggap masih belum maksimal. Salah satu alasanya yaitu tentang tingkat keakuratan  dari data yang disajikan yang dianggap masih jauh dari harapan.

Hal ini bisa terjadi karena memang shuttlecock yang biasa digunakan dalam olahraga bulutangkis umumnya memang memiliki berat yang terbilang cukup ringan, sehingga hal itu sedikit menghambat dari kinerja hawkeye.

Namun seiring berjalannya waktu, penerapan teknologi ini terus diperbaiki dan dibenahi. Hingga akhirnya pada saat sekarang ini penggunaan teknologi hawkeye di dalam cabang olahraga badminton keberadaanya memang dianggap sudah sangat membantu, khususnya bagi para pemain dalam mengoreksi setiap keputusan yang telah dikeluarkan oleh wasit.

Baca Juga : Teknologi Lampu Rumput Lapangan Stadion Sepakbola

Namun meskipun dianggap cukup membantu dalam mengoreksi setiap keputusan dari wasit. Sayangnya fasilitas untuk melakukan challenge ini masih terbatas dalam hal penggunaannya.

Ini bisa terlihat dari adanya penggunaan teknologi hawkeye yang hanya bisa dipasang di lapangan utama saja, padahal di dalam setiap pelaksanaan sebuah kompetisi bulutangkis biasanya terdapat beberapa lapangan yang digunakan secara bersamaan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close