Pendidikan Sekolah Formal pada Masa Penjajahan Belanda

Schakelschool, sumber: wikipedia

Pada tahun 1818 yakni pada masa penjajahan kolonial Belanda terdapat sebuah peraturan tentang pendidikan di Indonesia. Peraturan tersebut dikenal dengan istilah Statuta 1818, dimana inti dari isi tersebut yaitu memberikan kesempatan kepada anak pribumi untuk mengenyam pendidikan yang lebih layak.

Namun pada kenyataannya peraturan tersebut hanyalah sebuah peraturan yang tidak menghasilkan apapun bagi pendidikan anak pribumi.

Pada tahun 1820 kemudian diinstruksikan kembali untuk menyediakan sekolah bagi penduduk pribumi, namun anjuran tersebut pun tidak berhasil juga dan hingga pada tahun 1849 hanya terdapat dua sekolah saja yang berhasil untuk
 didirikan.

Baca Juga : Pengaruh Budaya Asing terhadap Kebudayaan Indonesia

Baru pada tahun 1892, setelah adanya re-organisasi di bidang pendidikan terciptalah dua jenis sekolah, yaitu sekolah kelas satu yang dikhususkan bagi golongan menengah ke atas dan sekolah kelas dua yang dikhususkan bagi golongan rakyat pribumi (bumi putera).


Kurikulum dan Sistem Pembelajaran di Sekolah Kelas Dua

Pendidikan yang diajarkan di sekolah kelas dua pun terbatas hanya meliputi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.

Dalam segi kurikulum, sekolah kelas dua memiliki kurikulum yang dapat dikatakan sangat simpel dan sederhana, hal itu dilakukan tentu agar adanya perbedaan antara sekolah kelas satu dengan sekolah kelas dua, yang pada akhirnya membuat sekolah kelas dua posisinya tetap berada di bawah sekolah kelas satu.

Selain itu kurikulum di sekolah kelas dua memiliki kurikulum khusus yang disesuaikan agar murid-murid dapat meneruskan atau mempersiapkan diri mereka untuk memasuki Kweekschool (sekolah pendidikan guru) yang merupakan lanjutan dari sekolah kelas dua.

Lama pendidikan untuk sekolah kelas dua awalnya hanya sampai kelas 3 yang dapat ditempuh dalam waktu 3 tahun. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sekolah kelas dua mendapat tambahan kelas yaitu dengan ditambahnya kelas 4 dan kelas 5, yang membuat waktu tempuh pendidikan pun menjadi maksimal 5 tahun.


Isi Materi Pembelajaran

Kegiatan belajar di sekolah kelas dua hanya sebatas membaca, menulis dan berhitung saja. Bahasa pengantar yang digunakan pun diwajibkan menggunakan bahasa melayu, yang disertai dengan mempelajari bahasa daerahnya masing-masing.

Mata pelajaran lain yang diajarkan yaitu ilmu bumi yang mempelajari tentang lingkungan sekolah dan letak geografis. Ada juga mata pelajaran ilmu alam yang baru dipelajari di kelas 4 dan kelas 5. Isi mata pelajarannya mengenai pengetahuan tentang binatang, tanaman, dan tubuh manusia.

Mulai tahun 1892 terdapat tambahan mata pelajaran yakni mata pelajaran menggambar dan bernyanyi, namun pada tahun 1912 pelajaran menyanyi tersebut dihapuskan.


Keberadaan Sekolah untuk Rakyat Pribumi

Bangunan sekolah kelas dua banyak menggunakan bermacam-macam gedung seperti gereja, rumah sewaan, hingga benteng tua masa belanda. Namun dari kesemuanya itu, ada sekolah yang memang didirikan khusus untuk sekolah kelas dua, baik itu yang didirikan oleh pemerintah atau yang didirikan oleh para penduduk yang tentu dengan kondisi bangunan seadanya.

Pada perkembangannya sekolah kelas dua tidak dapat berkembang menjadi sekolah umum, hal ini karena masih dipertanyakannya kesesuaian pendidikan bagi rakyat umum.

Oleh sebab itu, pada tahun 1907 Gubernur Jenderal van Heutz membentuk jenis sekolah baru bernama sekolah desa yang seluruh keberlangsungannya dipelihara oleh masyarakat desa.

Awalnya memang sekolah kelas dua diperuntukkan bagi masyarakat golongan bawah yang jumlah muridnya pun lumayan banyak. Namun seiring berjalannya waktu keadaan itu tidak bertahan lama, hampir setiap tahun murid di sekolah kelas dua jumlahnya berkurang menjadi sedikit.

Itu disebabkan karena sekolah kelas dua kemudian dijadikan sebagai sekolah bagi golongan kelas menengah keatas, ini tidak lain karena hadirnya sekolah desa (volksschool).

Meskipun kemudian diperuntukkan untuk golongan menengah ke atas, sebenarnya kedudukan sekolah kelas dua tetaplah berada di bawah sekolah kelas satu dan pada kenyataannya sebagian besar murid dari sekolah kelas dua tetap saja dari golongan kelas bawah

Hal ini disebabkan karena pada waktu itu anak-anak dari golongan atas jumlahnya sangat sedikit dan lebih memilih sekolah kelas satu, sehingga pada akhirnya membuat anak dari golongan bawah pun masih dapat masuk ke sekolah kelas dua.

Ini terbukti dari keadaan murid di Jawa yang hingga tahun 1900 terlihat dominan berasal dari anak golongan bawah, jumlahnya hampir 3 kali lipat dari anak golongan menengah ke atas.

Pada tahun 1909 keadaannya meningkat menjadi 5 kali lipat dan tahun 1914 kembali meningkat sebanyak 16 kali lipat dari jumlah anak golongan atas. Sedangkan di luar Jawa murid dari golongan bawah jumlahnya sekitar 10 kali lipat dari golongan atas.

Namun pada akhirnya seiring berjalannya waktu tetap saja dengan hadirnya sekolah desa ini maka posisi sekolah kelas dua menjadi kurang diminati, dan hanya sekitar 4% saja anak-anak yang bersekolah di sekolah dua.

Meskipun begitu, pada tahun 1914 keberadaan sekolah kelas dua jumlahnya ditambah menjadi 60 sekolah selama kurun waktu satu tahun. Namun karena dirasa tidak berkembang, akhirnya pada tahun 1927 sekolah kelas dua keberadaannya digantikan oleh Vervolgschool, yaitu sebuah sekolah lanjutan yang masa pendidikan berlangsung selama dua tahun setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah desa.

Siswa Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Sumenep Tahun 1934, sumber: id.wikipedia.org

Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa sekolah kelas satu, sekolah kelas dua, maupun sekolah desa merupakan jenis sekolah yang tingkatannya sama dengan pendidikan sekolah dasar (SD) pada masa sekarang. Dan pada perkembangannya yakni pada tahun 1914 sekolah kelas satu kemudian berganti nama menjadi Hollandsch-Inlandsche School (HIS).

Sebenarnya selain dari jenis sekolah yang telah dibahas sebelumnya, masih terdapat beberapa istilah sekolah lain pada masa penjajahan Belanda yang tingkat sekolahnya lebih tinggi dibandingkan sekolah tersebut, contonya yaitu Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang merupakan sekolah setingkat SMP dan Algemeene Middelbare School (AMS) yang merupakan sekolah setingkat SMA di masa sekarang.

Baca Juga : Trimurti dalam Kepercayaan Agama Hindu

Adapula istilah lainnya yaitu Europesche Lager School (ELS) dan Hogare Burgerlijke School (HBS), ini merupakan sekolah yang khusus disediakan bagi orang-orang Belanda dan orang Eropa pada umumnya. Sekolah khusus orang-orang eropa tersebut juga memiliki masa pendidikan yang lebih cepat satu tahun dibandingkan dengan sekolah rakyat.

Selain itu adapula sekolah yang didirikan khusus untuk orang-orang dari keturunan Tionghoa yaitu bernama Hollandsche Chineesche School (HCS). Dan karena pembahasannya dirasa terlalu panjang maka untuk jenis sekolah tersebut akan dibahas di postingan selanjutnya.

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close