Mengenal Kampung Adat Naga di Tasikmalaya

Rumah adat Kampung Naga

Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang lokasinya berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung ini memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda dengan kampung-kampung pada umumnya, dimana lokasinya pun berada di sebuah lembah dan untuk dapat mencapainya diperlukan waktu untuk berjalan kaki dengan menuruni ratusan anak tangga.

Keadaan rumah di masyarakat adat Kampung Naga masih sangat tradisional dengan mereka masih berpegang teguh kepada peraturan-peraturan adat yang berlaku disana. Rumah-rumah di Kampung Naga haruslah berupa rumah panggung yang bagian bawah rumah terdapat batu-batu sebagai penyangga.

Atap rumah di Kampung Naga terbuat dari daun ijuk kering yang dilapisi oleh daun tupus dibagian bawahnya. Atap yang semakin berlumut dianggap semakin baik kualitasnya, karena lumut itu akan membuat atap yang terbuat dari ijuk menjadi semakin kuat.

Kampung Naga bisa dikatakan lebih terbuka daripada kampung-kampung adat lainnya yang ada di Indonesia. Contohnya saja didalam hal perkawinan mereka cukup terbuka, warga adat kampung Naga bebas menikah dengan siapa saja yang tidak menuntut pasangannya harus berasal dari kampung yang sama, tetapi bisa pula dengan warga yang ada di kampung lainnya.


Dari hasil keterangan dari salah satu warga disana, bahwa ternyata terdapat salah seorang dari warga kampung Naga yang anaknya sudah menikahi orang dari wilayah yang berbeda yaitu berasal dari Kabupaten Bogor.

Setelah menikah masyarakat adat kampung Naga pun tidak diwajibkan untuk tinggal di Kampung Naga, mereka dibebaskan untuk memilih apakah mereka akan tetap tinggal di kampung Naga atau tinggal diluar kampung Naga.


Bangunan dan Tempat Keramat Kampung Naga

Di Kampung Naga terdapat beberapa tempat yang dikeramatkan. Tempat yang dikeramatkan tersebut biasnya tertutup untuk umum sehingga para pengunjung tidak boleh masuk dan juga mefoto tempat-tempat tersebut.

Salah satu tempat yang dikeramatkan yang ada di Kampung Naga yaitu "Bumi Ageung" yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia akan memiliki makna rumah agung (besar). Tempat ini tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang, bahkan oleh warga Kampung Naga sendiri tidak boleh sembaranga masuk.

Hanya hari-hari tertentu saja yaitu ketika diadakan acara upacara tradisional yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali baru tempat itu bisa dimasuki itupun oleh orang-orang tertentu saja yang telah mendapatkan izin.

Masyarakat adat Kampung Naga di dalam menganut sistem kepercayaan hampir seluruhnya warganya menganut agama islam. Dari hasil kunjungan dan obeservasi yang dilakukan bahwa terdapat sebuah mesjid yang letaknya berada di pusat atau ditengah-tengah kampung ini.

Ada suatu kepercayaan disini bahwa bangunan atau rumah yang berada di wilayah kampung Naga tidak boleh lebih mewah dari bangunan Mesjid. Jadi dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa mesjid merupakan bangunan yang "paling mewah" yang berada di kampung Naga.

Mesjid yang berada di kampung Naga

Bagian dalam Mesjid


Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Naga 

Adapun pekerjaan atau profesi utama dari masyarakat adat Kampung Naga yaitu ada pada bidang pertanian. Mayoritas dari mereka adalah para petani yang bercocok tanam di lahan yang terletak disekitar kampung tersebut.

Selain itu mata pencaharian yang lain dari masyarakat adat kampung Naga yaitu membuat dan menjual asil kerajinan-kerajinan yang mereka buat sendiri. Adapula masyarakat adat kampung Naga yang berjualan makanan ataupun minuman seperti berjualan es kelapa muda.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis setelah mengunjungi Kampung Naga, masyarakat adat kampung Naga memiliki kesenian yang khas yaitu kesenian terbang.

Kesenian terbang merupakan sebuah alat musik yang bentuknya seperti rebana yang cara memainkannya yaitu degan dipukul menggunakan tangan. Kesenian ini suda cukup lama berada di kampung ini dan biasa dimainkan ketika ada pengunjung yang datang ke kampung ini.

Foto-foto di Kampung Naga :



Atap dari rumah adat kampung Naga terbuat dari ijuk dan dibawahnya dilapisi dengan daun tupus. Semakin berlumut atap rumah, maka dikatakan semakin baik.




Salah satu mata pencaharian yang dilakukann oleh masyarakat adat kampung naga yaitu bercocok tanam dengan menanam padi.




Padi yang sudah dijemur, kemudian dilakukan proses penumbukan padi di tempat ini agar bisa menjadi beras dan proses penumbukan pun masih menggunakan alat sederhana.




Mata pencaharian lain yang dilakuakan oleh masyarakat adat kampung Naga yaitu dengan membuat kerajinan-kerajinan tangan yang hasilnya kemudian dijual kepada para pengunjung yang datang.




Lonceng, biasanya dipasangkan kepada sapi ataupun digunakan untuk penanda suara apabila ada suatu bahaya. Lonceng ini bisa juga dipasangkan kepada anak-anak masyarakat adat kampung Naga yang dianggap nakal, sehingga anak yang nakal di kampung itu dapat diketahui.




Jimat yang digunakan oleh masyarakat adat kampung Naga sebagai penolak bala yang dikaitkan dipintu bagian luar.

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close