Isi Cerita Wawacan Panji Wulung dan Kisah Pengalaman Penulisnya

Berdasarkan pengalaman dari pembuat Wawacan Panji Wulung, disebutkan bahwa pada saat penulis wawacan ini masih hidup, modernitas mulai berkembang pada waktu itu.

Wujud dari sebuah modernitas itu dapat berupa sesuatu yang baru seperti dengan adanya sarana komunikasi, pembangunan sarana transportasi, dan sudah adanya aliran listrik, dimana kesemuanya itu termasuk kedalam sebuah perubahan suatu zaman baru.

foto: wikipedia.org

Sejalan dengan hal itu, hubungan antar manusia dan struktur sosial pun berubah dan sistem administrasi gaya baru pun mulai diperkenalkan. Contoh kecil yang dialami oleh penulis Wawacan Panji Wulung itu yaitu dengan dibangunya rel kereta api yang pada waktu itu merupakan simbol dari modernitas pembangunan ekonomi.

Disana disebutkan bahwa Raden Moehammad Moesa (pengarang wawacan panji wulung) menyatakan kekagumannya ketika ia melakukan perjalanan dengan menggunakan sebuah kereta api.

Ketika melakukan perjalanan Moesa dan istrinya hingga di Bogor, dia kemudian diajak oleh salah satu temannya untuk mengunjungi Istana Gubernur Jenderal.

Disana mereka takjub akan apa yang dilihatnya itu, mereka terkagum oleh sebuah kamar mandi yang sedikit aneh dan mewah yang belum mereka lihat sebelumnya, serta ruangan-ruangan yang besar dan lantai yang terbuat dari marmer yang juga membuat mereka semakin takjub dengan apa yang dilihatnya itu.

Baca Juga : Cerita Babad Tanah Jawi

Suatu modernitas yang lain pada masa itu, dapat kita lihat dari cerita Raden Ajoe Abdoerachman istri dari Raden Moehammad Moesa. Saat itu ketika ia sedang berada di Singapura melakukan transit hendak menuju ke Eropa, dia menyempatkan untuk pergi jalan-jalan terlebih dahulu dan kemudian masuk kedalam sebuah toko yang sangat besar.

Ia kemudian melihat di dalam toko tersebut suatu benda aneh yang bergerak naik turun yang bentuknya seperti sangkar burung kenari.

Diketahui setelahnya bahwa itu adalah sebuah lift yang digunakan untuk manaikkan orang dari tempat yang berada di lantai bawah menuju ke tempat yang berada di lantai atas dan juga sebaliknya, sehingga membuat orang-orang tidak repot lagi untuk naik tangga yang sangat banyak dan sedikit melelahkan tersebut.

Kejadian itu tentu membuat Raden Ajoe menjadi sangat kagum, karena dia belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya. Hal itu pula tentunya merupakan sebuah perkembangan yang progressif dalam sebuah modernitas pada masa itu.


Isi Cerita Wawacan Panji Wulung

Adapun isi dari cerita Wawacan Panji Wulung ini berkisah tentang sebuah kerajaan bernama Sokadana, dimana kehidupannya aman sejahtera. Pada suatu ketika sang Raja jatuh cinta kepada salah satu selirnya.

Namun karena adanya rasa dengki dari sang Ratu yang tidak suka akan hal itu, membuat sang Ratu muncul niat buruk dalam hatinya, yakni dengan berusaha untuk membunuh selir tersebut meskipun pada akhirnya sang Ratu gagal, karena tindakan dari niat buruk sang Ratu dapat diselamatkan oleh patih kerajaan dengan cara menyembunyikan selir tersebut.

Di dalam persembunyiannya itu, selir tersebut kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Panji Wulung. Singkat cerita setelah dewasa, Panji Wulung kemudian berkelana ke berbagai tempat.

Akhirnya pada suatu ketika dia sampai di sebuah negeri bernama negeri Campa. Disana ia menolong dan menyelamatkan seorang putri kerajaan Campa yang diganggu oleh para penjahat.

Setelah diselamatkannya putri itu, Panji Wulung pun jatuh cinta kepada sang putri hinnga akhirnya mereka berdua menikah. Setelah menikah dengan putri Campa, Panji Wulung pun diangkat menjadi Raja Campa menggantikan Raja yang sebelumnya, karena Raja yang dulu telah berpulang.

Suatu ketika Raja Sokadana mengetahui berita bahwa ada seorang Raja di negeri Campa yang terkenal sangat bijaksana, dan kemudian Raja Sokadana mengetahui bahwa Raja Campa tersebut adalah Panji Wulung yang merupakan anak kandungnya sendiri. Hal itu diketahui berkat informasi yang diberikan oleh anak patih Kerajaan Sokadana.

Berkat informasinya tersebut kemudian Patih dan anaknya pun menerima balas budi dari Raja Sokadana selain karena kesetiaan patih kepada raja.

Baca Juga : Tradisi Upacara Minum Teh Orang Jepang

Setelah apa yang telah diberikan oleh raja itu, tiba-tiba saja sang patih justru berbalik melakukan sebuah pemberontakan terhadap Negeri Campa, hal ini terjadi akibat dari keserakahan yang dimiliki oleh sang patih.

Mengetahui adanya hal itu Panji Wulung tidak tinggal diam saja melihat apa yang terjadi dengan kerajaan ayahnya itu. Panji Wulung kemudian melakukan serangan balik terhadap patih kerajaan Campa sehingga pemberontakan pun akhirnya dapat digagalkan.

Setelah peristiwa pemberontakan itu, dan mengetahui bahwa Panji Wulung adalah anak dari Kerajaan Sokadana, maka kedua kerajaan tersebut memutuskan untuk menyatukan kekuatan dengan menjadikan kedua Kerajaan yaitu Kerajaan Campa dan Kerajaan Sokadana menjadi satu.

Dengan bergabungya dua kerajaan itu membuat kehidupan rakyat menjadi makmur dan damai.


Sumber :
Buku Semangat Baru ; Kolonialisme, budaya cetak dan kesastraan sunda abad ke-19 (Mikihiro Moriyama)

2 Comments

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close