Kedatangan Bangsa Belanda ke Nusantara (Indonesia)


sumber: wikimedia.org

Negeri Belanda merupakan salah satu negeri yang pernah datang mengunjungi kepulauan Nusantara (Indonesia).

Kedatangan bangsa Belanda ini tidak terlepas dari keberhasilan bangsa Portugis dan Spanyol yang telah terlebih dulu melakukan ekspedisi untuk menemukan wilayah baru dalam melakukan hubungan perdagangan dengan bangsa lain.

Penjelasan detail mengenai hal tersebut bisa baca di artikel berikut tentang awal mula kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara (Indonesia).

Atas dasar itulah yang kemudian membuat Belanda juga ingin meniru hal tersebut dengan melakukan ekspedisi pelayaran menuju wilayah Indonesia guna melakukan hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lokal yang sedang berkuasa pada saat itu.

Lalu apa sebenarnya yang melatarbelakangi Belanda datang ke Indonesia? Apakah Belanda datang hanya untuk melakukan hubungan perdagangan saja?


Latar Belakang Bangsa Belanda Datang ke Indonesia

Negeri Belanda pada awalnya merupakan negeri yang termasuk ke dalam jajahan Negara Spanyol. Namun setelah melewati peristiwa yang dikenal dengan sebutan perang 80 tahun, pada akhirnya Belanda dapat benar-benar lepas dari jajahan bangsa Spanyol tersebut.

Akhir dari konflik ini yaitu ditandai dengan dibuatnya sebuah perjanjian diantara kedua negara pada tahun 1648 yang dikenal dengan nama perjanjian Munster.

Setelah menjadi negara yang benar-benar bebas dari negara penjajah, Belanda kemudian memutuskan untuk mengikuti bangsa Eropa lain untuk pergi berlayar melakukan ekspedisi.

Hal ini dilakukan karena salah satu penyebabnya yaitu Belanda yang sudah tidak diperbolehkan lagi untuk mengambil rempah-rempah dari kota Lisabon, Portugis.

Oleh karena adanya hal tersebut, Belanda pun kemudian memutuskan untuk mencari langsung rempah-rempah ke tempat asalnya berada yang salah satunya adalah dengan mengunjungi wilayah di Indonesia.

Lalu sebagai petunjuk jalan terdapat seorang Belanda bernama Jan Huygen Van Linscoten yang dulunya bekerja di kapal Portugis dan pernah pergi berlayar ke Indonesia.

Dia memberitahukan rute pelayaran sebagimana yang telah dilakukan oleh Portugis yaitu dengan melewati pesisir barat pantai Afrika hingga sampai di tanjung harapan dan untuk selanjutnya berlayar ke arah timur melewati samudera Hindia.


Berlabuhnya Kapal-Kapal Belanda di Nusantara

Setelah melakukan ekspedisi pelayaran selama lebih dari 12 bulan, akhirnya sekitar tahun 1596 4 kapal Belanda berhasil singgah di kepulauan Nusantara untuk pertama kalinya. Kapal-kapal tersebut dipimpin langsung oleh Cornelius de Houtman Pleter de Kalzer dengan diikuti oleh rombongan para awak yang berjumlah 249 orang.

Saat memutuskan datang ke Indonesia, mereka lebih memilih untuk melintasi pesisir barat pulau sumatera lalu melanjutkan ke selat Sunda sebagai jalur pelayarannya yang kemudian berakhir di pelabuhan Banten.

Jalur tersebut sengaja dipilih karena Belanda ingin menghindari Portugis agar tidak terjadi konflik yang memang Portugis pada saat itu sudah tiba di Indonesia lebih dahulu dan telah menguasai wilayah Malaka.

Saat pertama berlabuh, pada mulanya kedatangan kapal-kapal Belanda tersebut sangat disambut baik oleh Sultan dan masyarakat Banten pada waktu itu. Apalagi setelah mengetahui maksud dan tujuan mereka datang, yang mengatakan bahwa mereka hanya ingin membeli rempah-rempah saja.

Hal itu pun membuat penguasa Banten pada saat itu menjadi senang, karena Sultan beranggapan dengan kedatangan orang asing maka hal itu akan berdampak baik bagi kemajuan ekonomi masyarakat.

Namun sikap ramah yang ditunjukkan oleh orang-orang Belanda itu sedikit demi sedikit mulai berubah. Mereka justru sering membuat masalah dengan membuat masyarakat setempat menjadi marah.

Salah satu penyebabnya karena orang-orang Belanda sering membeli rempah-rempah kepada masyarakat dengan harga yang seenaknya. Bahkan terkadang mereka hanya mau membeli rempah-rempah tersebut di pengusaha tertentu saja yang dianggap oleh orang Belanda paling menguntungkan.

Atas hal itu, masyarakat Banten pun kemudian memilih untuk mengusir orang-orang Belanda tersebut. Kapal-kapal mereka bahkan dilarang untuk berlabuh di wilayah lain yang ada di sekitar Indonesia. Dengan kondisi seperti demikian, pada akhirnya orang-orang Belanda pun memutuskan untuk kembali ke negaranya.


Kedatangan Kedua Kalinya Belanda ke Nusantara

Dua tahun pasca kedatangan Belanda yang pertama, tepatnya tanggal 28 November 1598 kapal-kapal Belanda kembali datang dan berlabuh di wilayah Indonesia.

Tidak tanggung-tanggung, terdapat 8 kapal yang didatangkan dalam ekspedisi pelayaran kali ini. Dan Banten tetap menjadi wilayah persinggahan pertama yang didatangi untuk kedua kalinya ini.

Namun dalam ekspedisi yang kedua ini kapal-kapal Belanda dipimpin oleh orang yang berbeda, mereka adalah Jacob van Neck dan Wybrect van Waerwyck.

Berbeda dengan Cornelius dan orang-orangnya yang agak kaku dalam bersosialisasi dengan masyarakat, maka orang-orang Belanda yang datang ini telah belajar dari pengalaman pendahulu sebelumnya.

Mereka cenderung lebih halus dan ramah dalam bersosialisasi, sehingga rakyat pun dapat dengan mudah untuk diambil hatinya.

Sikap ramah dan baik tersebut perlahan membuahkan hasil. Orang-orang Belanda kehadirannya pun mulai diterima oleh masyarakat Indonesia. Bahkan saat datang ke wilayah Maluku orang-orang Belanda pun disambut dengan sangat baik.

Hal ini bisa terjadi karena Belanda pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Portugis, dan kehadiran Belanda oleh masyarakat dianggap dapat menandingi kekuatan Portugis yang memang kebetulan pada saat itu juga keberadaan Portugis dianggap hanya sebagai penjajah saja.

Singkat cerita, Belanda sedikit demi sedikit mulai menancapkan pengaruhnya di beberapa wilayah di Indonesia. Banyak pengusaha asal Belanda yang kemudian mulai berdatangan dan melakukan perdagangan rempah-rempah dengan masyarakat sekitar.

Alhasil hal tersebut justru membuat adanya persaingan dagang yang tidak sehat diantara para pedagang Belanda. Ditambah lagi adanya persaingan dagang dengan negara lain seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris. Akibatnya membuat para pedagang Belanda sendiri mengalami kerugian yang tidak sedikit.

Agar kerugian yang dialami tersebut tidak semakin membesar, kemudian atas usul dari dua tokoh Belanda yaitu Johan van Olden Barnevelt dan Pangeran Maurits maka dibuatlah sebuah organisasi dagang yang dikhususkan untuk menyatukan para pedagang dari orang-orang Belanda.




Organisasi itu kemudian diberi nama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka mempunyai arti Persekutuan Dagang Hindia Timur. Sedangkan oleh orang-orang Indonesia, nama VOC ini sering disebut dengan panggilan kompeni.

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog ini. Bagi pengunjung silahkan tinggalkan komentar, kritik maupun saran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. No Spam !

Previous Post Next Post

Contact Form

close