Adapun contoh kuliner yang selalu identik dengan nilai kebersamaan dan biasa disantap sambil ngumpul bareng yaitu berupa nasi tumpeng, sajian khas yang biasa muncul dalam berbagai acara penting, mulai dari syukuran, kelahiran, peresmian hingga acara keagamaan.
Keberadaannya tentu selalu dinantikan karena lebih dari sekedar makanan, tumpeng menjadi representasi harapan, syukur, dan juga kebersamaan. Bahkan dalam setiap penyajiannya, momen makan bersama keluarga atau komunitas seolah menjadi bagian sakral yang menyatukan.
Tumpeng, Bukan Sekedar Gunungan Nasi
Secara tampilan tumpeng memang sangat mudah untuk dikenali, yaitu nasi berbentuk kerucut (biasanya berwarna kuning) yang dikelilingi berbagai lauk-pauk seperti ayam goreng, telur pindang, urap sayur, tempe orek, sambal, dan kerupuk.
Namun bentuk kerucut dari nasi bukanlah tanpa alasan. Konon bentuk kerucut tersebut melambangkan gunung yang dianggap suci dalam kepercayaan masyarakat Jawa kuno, seperti Gunung Semeru atau Gunung Mahameru yang diyakini sebagai tempat tinggal para dewa.
Gunung ini menjadi simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan, bahwa segala sesuatu yang berasal dari atas, maka hal tersebut harus selalu disyukuri. Sehingga tidak heran jika tumpeng ini, biasanya akan hadir dalam setiap acara syukuran sebagai bentuk rasa terima kasih atas berkah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.
Filosofi Di Balik Setiap Komponen
Meskipun tampak sederhana, namun setiap elemen dalam nasi tumpeng punya arti tersendiri.
Nasi dengan warna kuning seringkali digunakan dalam tumpeng karena warna tersebut dianggap sebagai simbol kekayaan dan juga kemakmuran. Warna ini melambangkan harapan agar hidup orang yang menyelenggarakan acara senantiasa bisa diberi kelimpahan rezeki.
Urap sayur, yang terdiri dari beberapa jenis sayuran seperti bayam, kacang panjang, tauge, dan parutan kelapa, melambangkan keselarasan hidup. Sayuran-sayuran ini mengajarkan bahwa hidup haruslah seimbang, menghargai alam, dan menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan.
Baca Juga : Review Roti Bakar Bandung
Di sisi lain, lauk-pauk lain seperti ayam, telur, dan ikan juga menunjukkan bahwa keberagaman rezeki itu bisa dinikmati manusia dari yang ada di darat bahkan hingga yang ada di laut.
Telur rebus yang diletakkan utuh dan tidak dikupas menyampaikan pesan bahwa setiap tindakan perlu perencanaan. Orang tua kerap mengajarkan bahwa dalam hidup, kita harus memikirkan terlebih dahulu segala sesuatu sebelum bertindak, seperti halnya mengupas telur sebelum dimakan.
Tradisi Makan Bareng dan Makna Kebersamaan
Momen makan tumpeng yang dilakukan secara bersama-sama, hal ini mengandung makna tersendiri yang tak kalah dalam. Ketika nasi tumpeng diletakkan di tengah, dan setiap orang duduk melingkar di sekitarnya, maka disanalah ada simbol kesetaraan.
Tidak ada yang merasa lebih tinggi, semua akan duduk sejajar dan saling berbagi. Inilah bentuk nyata dari filosofi makan bersama yang menekankan pentingnya persatuan, gotong royong, dan rasa kekeluargaan.
Dalam banyak tradisi, orang yang paling dihormati atau orang yang memang sedang merayakan acara, maka dialah yang berhak untuk memotong puncak paling atas dari tumpeng dan kemudian memberikannya kepada orang paling berjasa atau disegani.
Misalnya, dalam acara ulang tahun perusahaan, maka potongan pertama biasanya akan diberikan kepada karyawan senior sebagai bentuk penghormatan pada pegawai yang telah setia tersebut.
Ritual seperti ini menjadi bentuk apresiasi dan menunjukkan bahwa kebersamaan bukan hanya tentang berbagi makanan, tapi juga berbagi penghargaan dan juga kasih sayang.
Tumpeng di Tengah Arus Modernisasi
Meski zaman terus berubah dan masyarakat kini mulai terbiasa dengan makanan cepat saji atau kuliner modern dari luar negeri, namun tumpeng tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat.
Bahkan kini tumpeng sudah banyak yang dikreasikan dalam berbagai macam bentuk, seperti tumpeng berukuran kecil, tumpeng nasi uduk, atau bahkan tumpeng sushi yang merupakan perpaduan dengan kuliner khas Jepang.
Hal kreatif tersebut tentu menunjukkan bahwa tradisi lama yang sudah ada sejak dulu pun, tentu masih bisa berdampingan dengan inovasi di masa sekarang.
Banyak katering modern yang menyediakan layanan tumpeng untuk berbagai acara, mulai dari ulang tahun anak, peluncuran produk, hingga gathering komunitas.
Dengan tetap mempertahankan makna dan simbolisme yang ada, tumpeng menjadi bukti nyata bahwa nilai budaya tentu masih bisa tetap eksis di tengah derasnya arus globalisasi.
Penutup
Tumpeng adalah salah satu contoh nyata bahwa makanan bisa menjadi media penyampai pesan dan nilai-nilai kehidupan.
Dari bentuk, bahan, hingga cara penyajiannya, semuanya menyimpan makna yang mendalam. Momen makan bareng yang menyertainya pun menguatkan ikatan emosional antar individu dalam satu komunitas atau keluarga.
Sebagai masyarakat Indonesia, sudah sepatutnya kita tidak hanya menikmati kelezatan tumpeng, tetapi juga memahami filosofi yang terkandung di dalamnya.
Dengan begitu kita tidak hanya melestarikan cita rasa, tetapi juga menjaga warisan budaya yang penuh makna.
No comments