Tanda tersebut sendiri sebenarnya menunjukkan bahwa halaman yang muncul itu sudah menggunakan teknologi AMP (Accelerated Mobile Pages), yaitu sebuah format yang dirancang khusus agar halaman web dapat dimuat lebih cepat di perangkat mobile.
Namun jika kita perhatikan lagi, sekarang tanda petir ini sudah tidak bisa kita temukan lagi. Lalu sebenarnya apa yang terjadi? Apakah blog AMP memang sudah tidak relevan lagi atau bahkan memang sudah tidak dipakai sama sekali?
Sejak Kapan Tanda Petir AMP Menghilang?
Bagi kita yang belum tau, tanda petir pada blog AMP sendiri sebenarnya sudah mulai dihapus oleh Google sejak pertengahan tahun 2021 lalu, atau tepatnya setelah ada pembaruan besar pada algoritma pencarian google pada bulan Juni 2021.
Perubahan ini menjadi bagian dari fokus baru Google terhadap pengalaman pengguna secara keseluruhan, khususnya dalam hal kecepatan dan performa halaman mobile.
Sebelumnya, blog yang hanya memakai halaman AMP saja yang bisa muncul di Top Stories Carousel, yaitu fitur berita bergulir yang biasanya muncul di bagian paling atas dari hasil pencarian terkait berita.
Namun setelah adanya pembaruan tersebut, Google tidak lagi mensyaratkan penggunaan AMP agar halaman bisa muncul di carousel berita.
Melainkan sekarang ini, halaman non-AMP yang dioptimalkan dengan baik untuk perangkat mobile pun sudah bisa tampil di sana. Hal ini tentu saja membuat banyak pemilik blog maupun situs website mulai mempertanyakan apakah AMP masih relevan atau tidak untuk dipakai.
Apakah Blog AMP Masih Relevan?
AMP sendiri hingga saat ini sebenarnya masih bisa dipakai dan beberapa situs pun terlihat masih banyak yang menggunakannya, terutama untuk platform berita ataupun media besar.
Namun, jika kita berbicara tentang relevansi AMP di tahun-tahun mendatang, jawabannya bisa dibilang mungkin sedikit lebih kompleks. Mengapa demikian?
Hal ini karena pihak Google sendiri, kini lebih memprioritaskan standar web terbuka yang dapat memberikan performa serupa dengan AMP, tapi tidak perlu mengadopsi format tersebut lagi.
Misalnya saja dengan kemajuan teknologi seperti lazy loading, optimasi gambar, dan kompresi JavaScript, situs web sekarang dapat mencapai kecepatan yang sama dengan situs AMP tanpa perlu menggunakan teknologi yang terpisah.
Perubahan Fokus dengan Hadirnya Core Web Vitals
Saat tanda petir AMP mulai menghilang, Google kemudian bergegas untuk memperkenalkan metrik penilaian baru yang disebut Core Web Vitals sebagai standar untuk mengukur pengalaman pengguna di situs website.
Metrik ini terdiri dari tiga komponen utama dalam melakukan penilaian apakah suatu situs web dianggap baik atau tidak dimata mesin pencari.
1. LCP (Largest Contentful Paint)
Pertama ada large contentful paint yaitu metrik yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat elemen terbesar pada suatu halaman blog (seperti gambar atau blok teks besar) dapat dimuat.
Dalam skala metrik ini, idealnya waktu muat atau loading blog haruslah berada di bawah angka 2,5 detik. Lebih dari angka itu, maka situs web akan dianggap buruk dan tidak akan direkomendasikan google untuk ditempatkan pada halaman pertama dihasil pencarian.
2. FID (First Input Delay) / INP (Interaction to Next Paint)
Kedua ada first input delay yaitu metrik yang dikhususkan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan suatu halaman web dalam merespon interaksi pertama kali dari pengunjung blog.
Misalnya saja yaitu berupa scroll halaman, klik yang dilakukan oleh pengunjung blog maupun input lainnya. Dimana respon yang dianggap baik untuk metrik FID ini yaitu haruslah berada di bawah angka 100 milidetik.
Waktu respon yang ada diatas angka tersebut tentu bisa membuat blog kita dianggap kurang baik, dan bahkan hal ini bisa juga membuat pengunjung menjadi tidak nyaman.
Update terbaru, sejak tanggal 12 Maret 2024 metrik FID telah diubah jadi INP. Kedua metrik ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur responsivitas sebuah website, namun dengan pendekatan yang sedikit berbeda.
INP mengukur waktu antara interaksi pengunjung (seperti klik) dengan waktu di mana layar melakukan pembaruan yang menggambarkan hasil dari interaksi tersebut. Proses ini berlaku untuk semua interaksi selama sesi mengakses halaman, bukan hanya interaksi pertama saja.
Metrik INP memberikan perhitungan yang lebih komprehensif untuk menilai responsivitas halaman web, sehingga membuat metrik ini bisa dibilang lebih akurat dalam menggambarkan pengalaman pengunjung blog secara keseluruhan.
3. CLS (Cumulative Layout Shift)
Terakhir ada cumulative layout shift yaitu metrik yang menilai seberapa stabil tata letak halaman saat dimuat dan tidak berganti-ganti lagi.
Misalnya saja jika elemen-elemen pada halaman yang sering berpindah atau berubah posisi saat loading berlangsung, maka hal tersebut sudah pasti akan menghasilkan nilai CLS yang buruk.
Adapun untuk skor nilai yang ideal dari metrik CLS yaitu harus ada di bawah angka 0,1 detik. Sama halnya dengan FID, waktu CLS yang terlalu lama juga dapat berpengaruh pada kenyamanan pengunjung.
Dengan fokus pada penilaian Core Web Vitals tersebut, Google saat ini berusaha mendorong para pemilik situs web untuk mengoptimalkan halaman mereka secara keseluruhan, bukan hanya dari segi kecepatan saja, tapi juga stabilitas dan responsivitas.
Hal inilah yang kemudian membuat banyak situs non-AMP sekarang bisa lebih mudah bersaing dengan situs berbasis AMP dalam hal kecepatan dan pengalaman pengguna.
Nah jika kita ingin mengecek kecepatan loading halaman, termasuk untuk mengetahui apakah ketiga metrik penilaian itu sudah optimal di blog, maka kita bisa mengunjungi halaman yang dibuat oleh google sendiri yaitu pagespeed.web.dev.
Nah jika kita ingin mengecek kecepatan loading halaman, termasuk untuk mengetahui apakah ketiga metrik penilaian itu sudah optimal di blog, maka kita bisa mengunjungi halaman yang dibuat oleh google sendiri yaitu pagespeed.web.dev.
Keuntungan dan Kekurangan AMP di Masa Sekarang
Meskipun AMP saat ini bukan lagi menjadi suatu keharusan, namun bukan berarti format ini sepenuhnya usang dan tidak relevan untuk dipakai.
Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat saat kita menggunakan format AMP untuk kebutuhan situs atau blog yang kita kelola. Misalnya saja seperti kemudahan implementasi untuk mempercepat loading halaman di perangkat mobile.
Dimana jika kita menggunakan AMP, kita bisa mendapatkan kemudahan caching dari Google, yang membuat halaman akan dimuat lebih cepat karena data halaman disimpan lebih dekat dengan pengunjung.
Namun disisi lain, beberapa kelemahan dari AMP ini, yaitu ada pada keterbatasan fitur dan juga desain blog itu sendiri.
Bahkan hingga sekarang, AMP masih membatasi penggunaan JavaScript dan beberapa elemen desain, dimana hal tersebut bisa berpengaruh pada interaksi pengguna di halaman web.
Sehingga jika kita ingin membangun blog yang kaya fitur atau berdesain lebih kompleks, maka format AMP ini mungkin bisa terasa membatasi kita sebagai Author.
Apakah Blog AMP Masih Perlu Dipakai?
Keputusan apakah blog AMP masih perlu digunakan atau tidak, tentu hal ini akan bergantung pada jenis situs yang kita kelola.
Jika kita mengelola situs berita atau halaman yang sangat fokus pada kecepatan akses informasi, maka blog AMP boleh dibilang masih menjadi pilihan terbaik.
Namun khusus untuk blog biasa ataupun untuk kebutuhan e-commerce, kita masih bisa memilih untuk menggunakan teknik optimasi kecepatan yang lebih fleksibel tanpa harus terikat dengan format AMP.
Apalagi dengan adanya standar baru seperti Core Web Vitals yang lebih fleksibel dan terbuka, kita bisa mencapai kecepatan yang optimal tanpa perlu mengorbankan desain dan interaksi dari pengunjung blog.
Selain itu, karena tanda petir AMP tidak lagi menjadi indikator eksklusif kecepatan di hasil pencarian Google, saat ini kita pun memiliki lebih banyak opsi untuk meningkatkan performa blog kita tanpa perlu lagi menggunakan situs berbasis AMP.
Penutup dan Kesimpulan
Tanda petir AMP yang dihilangkan sejak pertengahan 2021 memang mengindikasikan bahwa Google telah beralih dari ketergantungannya pada format AMP sebagai indikator utama penilaian kecepatan pada halaman blog terutama untuk versi mobile.
Meskipun AMP masih ada dan bisa digunakan, namun relevansinya saat ini sudah mulai berkurang, apalagi semenjak adanya metrik baru seperti Core Web Vitals yang menawarkan pendekatan lebih komprehensif untuk mengukur pengalaman pengguna.
Pada akhirnya, kita bisa memilih apakah akan tetap menggunakan format AMP atau tidak, hal ini tentu saja akan bergantung berdasarkan kebutuhan dan juga target dari audiens blog yang kita dikelola.
No comments